Rabu, 25 Agustus 2010

TAUSHIYAH RAMADHAN

Ramadhan Sebagai Embrio Spiritual Generasi Muda
Rabu, 25 Agustus 2010 14:12

Tegal, NU Online
Ramadhan mestinya menumbuhkan embrio spiritual bagi generesi muda. Hal ini menjadi penting karena Ramadhan merupakan bulan penuh dengan makna dan tata nilai.

Jangan sampai bulan Ramadhan ini terlewatkan bergitu saja tanpa bekas. Sia-sia saja jika Ramadhan hanya diisi dengan aktivitas fisik saja, seperti tidak makan dan minum. Lebih dari itu, generasi muda harus menyibak hikmah di balik kemuliaan Ramadhan.

Hal tersebut disampaikan dai kondang asal Kabupaten Tegal KH Satori dalam kegiatan Kuliah Asar Sambut Buka Bersama yang diselenggarakan PAC IPNU-IPPNU, Kecamatan Adiwerna yang dipusatkan TPQ Darussalam 1, Desa Kalimati Kecamatan Adiwerna, Ahad (22/8) kemarin

Terlebih lagi, lanjut Kiai Satori, Ramadhan berarti meluluhlantahkan segala dosa yang pernah diperbuat. Jadi selama Ramadan umat Islam memohomon ampun dan mengharap agar diampuni segala dosa yang pernah diperbuat .

“Walaupun sekarang generasi muda mengisi Ramadhan dengan ngabuburit , tetapi selama masih memiliki nilai positif dan menjaga niat yang baik tidak menjadi maslah. Dan ini saya anggap wajar karena bagi generasi muda mungkin sudah menjadi kebiasaan,” katanya

Ketua PAC. IPPNU Kecamatan Adiwerna Nok Sobiroh kepada NU Online mengatakan, tujuan kegiata Kuliah Asar Sambut Buka Bersama adalah sebagai siar agama dan mempererat hubungan silaturahmi antar anggota IPNU-IPPNU.

“Yang membedakan antara program bulan Ramadhan sebelumnya adalah diadakannya buka bersama antar pengurus IPNU-IPPNU se Kecamatan Adiwerna. Kalau dulu kami hanya Turba (turun ke bawah ) mendatangi ranting-ranting,” tukasnya

Kordiantor Kegiatan Ahmad Farhan dalam laporanya mengatakan, peserta yang mengikuti kegiatan berjumlah 200 peserta semuanya merupakan perwakilan pengurus Ranting IPNU-IPPNU se Kecamatan Adiwerna terdiri dari 110 Peserta IPNU dan 90 peserta IPPNU.

“Adapun kegiatnya selain buka bersama ada kuliah ashar dilanjutkan dengan shalat maghrib berjamaah, tadarus al Qur’an, shalat Isya dan tarawih berjamaah, diakhiri kegiatan ada ceramah agama yang akan disampaikan KH. Abdul Mutholib,” katanya.

Turut hadir, pembina IPNU-IPPNU, tokoh masyarakat dan beberapa alumni IPNU-IPPNU Kecamatan Adiwerna. (miz)

SBY Diminta Tiru Gus Dur
Rabu, 25 Agustus 2010 16:45

Jakarta, NU Online
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta turun tangan menyelesaikan persoalan Warga Negara Indonesia (WNI) yang terancam hukuman mati di Malaysia. SBY patut meniru Gus Dur yang turun tangan langsung membantu warganya.

Anggota Komisi IX DPR RI, Rieke Diah Pitaloka mengatakan, urusan keselamatan WNI di Negara lain tidak bisa diserahkan kepada satu lembaga seperti KBRI, tidak bisa hanya ditangani Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) atau dihadapi oleh TKI seorang. Perlu ada campur tangan pimpinan nasional.

Menurutnya, pemerintah seharusnya mencontoh Filipina, di mana TKI mereka lebih dihargai. Sebab, di samping para tenaga kerjanya diberikan pengetahuan dan pembekalan, pemerintah Filipina juga berwibawa karena jika terjadi sesuatu dengan warganya, yang langsung turun adalah presidennya.

"Orang lain saja bisa melakukan kenapa kita tidak. Kalaupun tidak mau mencontoh orang contoh saja mantan Presiden Gus Dur," ujarnya di Jakarta, Rabu (25/8) seperti dikutip inilah.com.

Saat menjadi Presiden, tutur Rieke, Gus Dur telah menyelamatkan seorang TKI di Arab Saudi yang terkena hukuman mati. Gus Dur mengirimkan surat ke pemerintahan Arab Saudi dan TKI tersebut langsung dibebaskan.

"Saat sudah tidak menjabat sebagai Presiden, Gus Dur juga pernah menyelamatkan seorang TKI di Malaysia dengan cara mengirimkan surat kepada pemerintahan di sana. TKI tersebut pun dibebaskan dari hukumannya," jelasnya.

Rieke juga mengatakan kasus-kasus di depan mata ini tidak bisa menunggu. Karenanya Presiden harus segera turun tangan. "Ini bukan hal yang didiamkan, tapi perlu langkah-langkah cepat dari pemerintah," ujarnya.

Sebelumnya, LSM Migrant Care, Kontras, dan Infid merilis sebanyak 345 WNI terancam hukuman mati di Malaysia. Sementara Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa memastikan jumlah warga negara Indonesia yang dikenakan pasal ancaman hukuman mati oleh ototritas hukum di Malaysia berjumlah 177, bukan 345 WNI.

Dari 177 warga tersebut, 142 di antaranya didakwa melakukan tindak kejahatan terkait narkotika dan obat-obatan terlarang dan sisanya didakwa memiliki senjata atau terlibat kriminalitas. (sam)